Kamis, 01 Maret 2012

MEMAHAMI TEORI KOMUNIKASI : PENDEKATAN, PENGERTIAN, KERANGKA ANALISIS, DAN PERSPEKTIF

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KEILMUAN




Menurut Littlejohn dalam bukunya Theories of Human Communication, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam tiga kelompok atau aliran pendekatan, yaitu pendekatan scientific (ilmiah-empiris), pendekatan humanitic (humaniora interpretatif), dan pendekatan social sciences (ilmu-ilmu sosial).


Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu-ilmu eksakta, seperti fisika, biologi, matematika. Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivias. Objektivitas yang dimaksudkan disini adalah objektivitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi.
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat).


Prosedur yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu perlakuan khusus kepada objek yang diteliti serta menelii dampak dan pengaruhnya.
Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas maka kelompok pendekatan humanistic mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. Perbedaan-perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini adalah :

  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasikan observasi, sementara aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan-perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, segankan aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di sana, di luar diri pengamat. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di sini, berarti dalam diri.
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan, sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya.
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sedangkan aliran humanistic mengutamakan interpretasi alternatif.
  6. Aliran scienific membuat pemisahan yang tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut
Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya tentang hal tersebut. Karena sifatnya yang subjektif dan interpretatif, maka pendekatan aliran humanistic ini lazimnya cocok diterapkan untuk mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut sisem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.


Dipergunakannya dua pendekatan "scientific" dan "humanistic" yang masing-masing berbeda prinsip ini, adalah karena yang menjadi objek studi dalam ilmu pengetahuan sosial adalah kehidupan manusia. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat. Sementara itu pendekatan-pendekatan "humanistic" juga banyak diterapkan dalam penelitian tentang masalah-masalah komunikasi antar-pribadi, komunikasi kelompok, lomunikasi organisasi, komunikasi massa, dll.


TEORI KOMUNIKASI


Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut:

  •  Teori adalah abstraksi dari realitas
  •  Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
  •  Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang saling berkaitan
  • Teori terdiri dari teorema-teorema, yaitu generalisasi-generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris.
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana teori komunikasi pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia".
Menurut Littlejohn, penjelasa dalam teori berdasarkan pada "prinsip keperluan", yaitu suatu penjelasan yang menerangkan variabel-variabel apa yang kemungkinan di perlukan untuk menghasilkan sesuatu.


Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan tuhan, dalam arti dunia yang sesuai dengan ciri yang dimilikinya sendiri.


Menurut Littlejohn fungsi teori ada 9, yakni :

  1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam hal mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong-potong.
  2. Memfokuskan, artinya hal-hal atau aspek-aspek dari suatu objek yang diamati harus jelas fokusnya.
  3. Menjelaskan, maksudnya bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya
  4. Pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.
  5. Membuat prediksi, meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang akan terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan masa sekarang.
  6. Fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yang diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya penenlitian selanjutnya.
  7. Komunikasi, menunjukan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus di publikasikan, di diskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan.
  8. Fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari.
  9. Fungsi Generatif, fungsi ini sangat menonjol di kalangan pendukung tradisi/aliran pendekatan interperatif dan teori kritis.
Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yang lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetico - deducive method (metode hipotetis - deduktif). proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut :
  •  Developing questions (mengembangkan pertanyaan)
  •  Forming Hypotheses (menyusun hipotesis)
  •  Testing the hypoheses ( menguji hipotesis)
  •  Formulating theory (memformulasikan teori)
Ada beberapa yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi kesahihan teroi, yaitu :

  1.  Cakupan teoretis (Theoretical scope) dengan demikian persoalan pokok disini adalah apakah suatu teori yang dibangun memiliki prinsip generality atau keberlakuan umum.
  2. Kesesuaian (appropriateness), yaitu apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan/ permasalahan teoritis yang diteliti
  3. Heuristic. Pertanyaannya adalah apakah suatu teori yang dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori-teori lainnya yang berkaitan.
  4. Validitas (validity) atau konsisensi internal dan eksternal. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori yang dibentuk didukung oleh teori-teori lainnya yang telah ada.
  5. Parsimony (kesederhanaan). inti pemikirannya adalah bahwa teori yang baik adalah teori yang berisikan penjelasan-penjelasan yang sederhana.

LINGKUP TEORI KOMUNIKASI

Menurut Littlejohn (1989) secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok "teori-teori umum" (general theories). Kelompok kedua adalah kelompok "teori-teori kontekstual" (contexual theories)

Teori-teori umum (general theories) :

a) Teori-teori Fungsional dan struktural. Ciri dari jenis teori ini (meskipun istilah fungsional dan struktural mungkin tidak tepat) adalah adanya kepercayaan atau pandangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat. Menurut pandangan ini, seorang pengamat adalah bagian dari struktur yang berada di luar dirinya.

b) Teori-teori Behavioral an Cognitive. Teori-teori ini merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tennag hakikat dan cara menentukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional.

c) Teori-teori Konvensional dan Interaksional. Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah keniasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi, menurut teori ini dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the glue of society). Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan "interalksionisme simbolis" (symbolic interactionism) sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi kalangan pendukung teori-teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.


d) Teori-teori Kritis dan Interpretif
Gagasan-gagasannya banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretif (interpretive sociology), pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran "Frankfurt School", serta berbagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retorika, biblical dan kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara-negara eropa.




TEORI-TEORI KONTEKSTUAL (contextual theories)

  1.  Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya.
  2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) yaitu komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung ( melalui medium)
  3. Komunikasi Kelompok (group communication) memfokuskan pembahasannya pada interaksi diantara orang-orang di dalam kelompok -kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Teori-teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi, dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola, dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.
  4. Komunikasi Organisasi (organizational communication) menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal.
  5. Komunikasi Massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intrapribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut  struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu.